Sabtu, 08 Januari 2011

Laporan Budidaya Jamur Tiram

LAPORAN
BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus)



Disusun oleh :
Arityas Tri Ratnasari
K4309013


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

LAPORAN BUDIDAYA JAMUR

  1. JUDUL           : Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

  1. TUJUAN        :
1.      Mengetahui cara budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
2.      Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).

  1. DASAR TEORI
     Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik.
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur yang menguntungkan bagi manusia diantanya jamur merang (Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping (Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).Hasil panen jamur tersebut tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor,seperti jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam,sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam,seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.
            Jenis jamur yang saya budidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
  1. Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
  2. Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
  3. Antitumor, antioksidan, dll.
            Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang  baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala besar.
            Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.

Siklus hidup jamur :
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium. Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.]Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.  Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus) Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.


Klasifikasi jamur tiram putih :
Kingdom         : Mycota
Divisi               : Basidiomycota
Kelas               : Agaricomycetes
Ordo                : Agaricales
Famili              : Tricolomataceae
Genus              : Pleorotus
Spesies             : Pleorotus ostreatus

  1. ALAT DAN BAHAN
     Alat :
Bahan :
1.      Timbangan
2.      Ember
3.      Drum sterilisasi
4.      Alas mencampur
5.      Alat pencampur
6.      Plastik log
7.      Cincin paralon
8.      Kapas
9.      Karet gelang
10.  Kertas Koran
11.  Cutter
12.  Spatula
13.  Rak
14.  Semprotan
15.  Pembakar spiritus
1.      Serbuk kayu
2.      Bekatul
3.      Serbuk kapur
4.      Air
5.      Bibit jamur
6.      Alkohol


V.    CARA KERJA
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b.      Menimbang bahan yang digunakan media (serbuk kayu, bekatul, serbuk kapur) dengan perbandingan serbuk kayu (100) : Bekatul (10) :  Serbuk kapur (1).
c.       Mencampur bahan yang ada sesuai takaran dan mengaaduknya secara merata.
d.      Menambahkan air ke dalam campuran secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
e.       Bahan campuran tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam plastik transparan tetapi jangan sampai ½ penuh. Masukan sisa plastik ke ring cincin paralon lalu ikat dengan karet gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian ditutup kertas koran dan diikat dengan kater gelang.
f.       Bahan yang sudah dibungkus plastik dimasukan kedalam drum untuk proses sterilisasi .Air untuk mengukus hanya 25 cm dari dasar drum.Lamanya proses pengukusan 3 jam dengan suhu 100ºC .
g.      Setelah selesai sterilisasi ,media-media tersebut didinginkan minimal 5 jam kemudian buka cincinnya untuk memasukan bibit jamur menggunakan spatula yang sudah diberi alkohol dan telah dipanaskan untuk mensterisasi alat (spatula) yang digunakan.
h.      Setelah selesai memasukan bibit jamur,media didiamkan selama 2-3 bulan dengan penyiraman secara rutin (3x sehari) sampai jamur tumbuh dan siap dipanen.
VI. HASIL PENGAMATAN
Hari  ke-
Log ke -
1
2
3
5
Hifa Belum teramati
Hifa Belum teramati
Hifa Belum teramati
10
Hifa Belum teramati
Hifa Belum teramati
Hifa Belum teramati
15
Perkembangan Hifa
Perkembangan Hifa
Hifa Belum teramati
20
Perkembangan Hifa
Perkembangan Hifa
Hifa Belum teramati
25
Perkembangan Hifa
Perkembangan Hifa
Hifa Belum teramati
30
Perkembangan Hifa
Perkembangan Hifa
Hifa Belum teramati


VI. PEMBAHASAN
            Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Tahapan budidaya jamur tiram putih antara lain :
1.      Persiapan media
            Tahapan pertama yang dilakukan untuk budidaya jamur tiram yaitu menyiapkan media tanam. Media tanam yang umumnya digunakan antara lain serbuk kayu, bekatul, dan serbuk kapur. Serbuk kayu yang digunakan yaitu serbuk kayu yang sudah mengalami proses pengomposan atau telah didiamkan selama beberapa saat.
            Kegunaan dari masing-masing media tanam, yaitu :
a.       Serbuk kayu sebagai media tumbuh miselium jamur tiram.
b.      Bekatul sebagai bahan makanan tambahan sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein.
c.       Serbuk kapur sebagai sumber mineral dan sebagai bahan untuk mengokohkan media tanam.
2.      Pencampuran media
            Tahapan yang kedua dalam budidaya jamur tiram ini adalah pencampuran media. Dari media tanam yang telah dipersiapakan yaitu sserbuk kayu, bekatul dan serbuk kapur dicampur jadi satu dengan perbandingan tertentu. Adapun perbandingannya yaitu serbuk kayu (100) : bekatul (10) : serbuk kapur (1). Setelah tercampur, menambahkan air secukupnya dan memperhatikan ketika bahan diperas tidak keluar airnya (kandungan air 80 % dari bahan kering ).
3.      Pengantongan
            Tahapan selanjutnya yaitu pengantongan. Media tanam yang telah dicampur kemudian di masukkan di dalam kantong plastik yang tahan panas dengan ukuran kurang lebih 2 kg. Media tanam yang dimasukkan kurang lebih ½ bagian dari plastik dan dipadatkan untuk membantu mempercepat tumbuhnya hifa. Kemudian memasukan sisa plastik ke  cincin paralon lalu ikat dengan karet gelang,bagian yang berlubang ditengah cincin diisi kapas secukupnya kemudian ditutup kertas koran dan diikat dengan karet gelang.
4.      Sterilisasi
            Setelah media selesai dikantong, media dimasukkan kedalam drum untuk disterilisasi guna mematikan organisme hidup yang merugikan pertumbuhan jamur, juga untuk menyempurnakan tahap akhir dari serbuk kayu sebagai media tanam yang selektif untuk pertumbuhan jamur. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi kurang lebih 3-4 jam dalam suhu 100ºC. Selesai sterilisasi baglock diturunkan dan didiamkan hingga dingin. Karena media yang masih panas nantinya akan menghambat pertumbuhan hifa. 
5.      Inakulasi bibit
            Inakulasi adalah tahap penanaman bibit. Saat proses inakulasi harus dalam kondisi steril baik tempat, alat yang digunakan dan praktikkannya. Bibit jamur yang digunakan dalam budidaya ini adalah bibit jamur tiram karena paling mudah perkembangannya. Pada proses inakulasi yang dilakukan adalah menyiapkan baglock (@ 3 baglock). Kemudian menggunakan spatula yang telah disterilkan memasukkan bibit kedalam baglock kurang lebih 3-5 gram. Terakhir tutup kembali baglock dengan kapas dan tempatkan pada rak yang sudah disediakan.
6.      Inkubasi
   Inkubasi adalah tahap akhir sebelum panen yaitu tahap perkembangan bibit jamur. Proses inkubasi ini dilakukan di laboratorium KKC. Pada proses inkubasi suhu ruangan harus selalu dijaga dan hindari panas matahari langsung karena dapat menghambat pertumbuhan hifa.
   Selama inkubasi dilakukan penyiraman secara rutin (3x sehari) untuk menjaga kelembaban atau kadar air pada media. Berikut analisa data selama inkubasi :
Hari ke 5 :
Hifa dari ketiga baglock belum teramati
Hari ke 10 :
Perkembangan hifa pada hari ke 10 masih sama dengan pengamatan pekan sebelumnya, hifa dari ketiga baglock belum teramati.
Hari ke 15 :
Pengamatan pada hari ke 15 hifa pada baglock 1 dan baglock 2 sudah mulai teramati. Akan tetapi pada baglock ke 3 belum teramati
Hari ke 20 :
Pengamatan pada hari ke 20, hifa pada baglock 1 dan baglock 2 mengalami perkembangan. Baglock ke 3 hifa masih belum teramati.
Hari ke 25 :
Perkembangan hifa pada hari ke 25 terjadi perbedaan diantara ketiga baglock.
Baglock 1 hifa sudah mencakup setengah dari baglock.
Baglock 2 hifa mengalami perkembangan yang lebih lambat dari baglock 1, perkembangan hifa mencapai 2/5 dari baglock
Baglock 3 hifa belum teramati.
Hari ke 30 :
Baglock 1 perkembangan hifa sudah hampir memenuhi baglock
Baglock 2 perkembangan hifa mencapai ¾ dari baglock
Baglock 3 perkembangan hifa belum teramati
            Dari pengamatan yang dilakukan dari pekan pertama sampai pekan terakhir pengamatan terjadi perbedaan tingkat kecepatan perkembangan hifa. Hal yang mempengauhi cepat lamabatnya perkembangan hifa antara lain :
  1. Kadar/takaran nutrisi pada baglog kurang baik/tidak sesuai.
  2. Bibit yang kurang baik.
  3. Kontaminasi dan gangguan hama.
  4. Kumbung terkena banyak kontaminasi gas, asap, CO2.
  5. Tata cara panen dan perawatan yang salah.
  6. Kurangnya sirkulasi udara dan cahaya.
  7. Kelembaban udara yang kurang.
  8. Kadar air dalam baglog yang berlebihan.


VIII.       KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari budidaya jamur ini adalah :
1.      Budidaya jamur tiram ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan media, pencampuran media, pengantongan, sterilisasi, inakulasi dan inkubasi.
2.      Faktor yang mempengaruhi perkembangan hifa antara lain :
a.         Kadar/takaran nutrisi pada baglog kurang baik/tidak sesuai.
b.        Bibit yang kurang baik.
c.         Kontaminasi dan gangguan hama.
d.        Kumbung terkena banyak kontaminasi gas, asap, CO2.
e.         Tata cara panen dan perawatan yang salah.
f.         Kurangnya sirkulasi udara dan cahaya.
g.        Kelembaban udara yang kurang.
h.        Kadar air dalam baglog yang berlebihan.


X.                LAMPIRAN
Foto-foto tahapan budidaya jamur tiram putih

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tahapan-tahapan budidaya jamur
-          Mempersiapkan media tanam
Serbuk kayu, Bekatul dan Serbuk kapur
Bibit jamur tiram putih


-          Pencampuran media
-          Pengantongan
Memasukkan media tanam dalam kantong plastic
Mengunci dengan cicin peralon dan disumbat dengan kapas
-          Sterilisasi
Memasukkan log dalam drum sterilisasi
Proses sterilisasi
Menurunkan log yang sudah disterilisasi

-          Inakulasi bibit jamur
Mensterilkan alat
Memasukkan bibit pada baglog

-          Inkubasi
Memasukkan log pada rak

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar